Jumat, 17 Februari 2012

Human Development

A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Perkembangan

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan menurut Santrock adalah pola perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut sepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun harus mengalami penurunan (kematian).

Perkembangan menurut Woolflok adalah perubahan-perubahan tertentu yang terjadi pada manusia (atau binatang) diantara konsepsi dan kematian

Menurut Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perkembangan adalah proses perubahan tertentu yang terjadi pada manusia (atau binatang) yang dimulai sejak manusia lahir dan berlangsung sepanjang hayat yang prosesnya dapat kita kenali dengan melihat gejala-gejalanya.

Menurut Anita Woolfolk, Perkembangan manusia dapat dibagi menjadi sejumlah aspek yang berbeda. Perkembangan fisik; berhubungan dengan perubahan-perubahan tubuh. Perkembangan pribadi; berhubungan dengan perubahan-perubahan kepribadian individu. Perkembangan sosial; mengacu pada perubahan-perubahan dalam cara individu berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kognitif; mengacu pada perubahan-perubahan dalam berfikir.

Pendidikan harus berkembang sesuai dengan perkembangan, artinya pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah atau terlalu menjemukan.

Proses perkembangan anak dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok:

1. Proses Biologis

Perubahan dalam tubuh anak yang di bawa oleh genetik. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal ketika masa puber

2. Proses Kognitif

Perubahan dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk mengingat puisi, membayangkan dan bagaimana memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan bermakna.

3. Proses Sosioemosional

Perubahan hubungan anak dengan orang lain. Perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Seperti Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan dan perasaan gembira remaja saat mendapatkan nilai yang baik.

Periode perkembangan anak dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Infancy (bayi)

Berkisar dari baru kelahiran sampai usia 24 bulan. Pada masa ini anak sangat bergantung pada orang tua. Aktivitas seperti perkembangan bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensori motor, dan pembelajaran social baru di mulai

2. Early childhood (pra sekolah)

Berkisar dari akhir masa bayi sampai umur 5 atau 6 tahun. Selama masa ini anak akan menjadi semakin mandiri, siap untuk sekolah (mulai belajar untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf dan banyak menghabiskan waktu bersama teman.

3. Middle dan late childhood (masa sekolah dasar)

Dimulai 6 – 11 tahun. Anak mulai menguasai keahlian membaca , menulis, menghitung. Pretasi menjadi tujuan utama dan anak mulai mampu mengendalikan diri. Pada periode ini anak mulai berinteraksi dengan dunia luar selain keluarganya.

4. Adolescence (masa remaja)

Berkisar 10-12 tahun sampai 18 atau 20 tahun. Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang sangat cepat, termasuk pertambahan tinggi dan berat badan dan perkembangan fungsi seksual. Di masa ini individu semakin bebas dan ingin mencari jati diri. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis dan idealistis

5. Early adulthood

Di mulai pada akhir usia remaja atau awal usia 20 an sampai usia 30 an. Pada masa ini kerja dan cinta menjadi tujuan utama

6. Middle adulthood

Erik Erikson mengatakan bahwa middle adulthood adalah seseorang yang berusia antara 40 dan 65.

7. Late adulthood

Akhir dewasa (usia tua) umumnya dianggap mulai pada sekitar usia 65 tahun. Erik Erikson menunjukkan bahwa pada saat ini adalah penting untuk menemukan makna dan kepuasan dalam hidup ketimbang menjadi pahit dan kecewa, yaitu, untuk menyelesaikan konflik.

2. Prinsip-Prinsip Umum Perkembangan

Pada pembahasan ini akan diterangkan 7 prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak;

a. Adanya perubahan

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.

Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu;

1. Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.

2. Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.

3. Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.

4. Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.

b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.

Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini:

1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak

2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak

3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah

4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorang anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.

c. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.

d. Pola perkembangan dapat diramalkan

Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.

e. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan

Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari suatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.

Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.

Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.

f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan

Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.

Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.

g. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial

Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orang tua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.

B. Perkembangan Kognitif dan Bahasa (Termasuk di Dalamnya Pembahasan tentang Otak)

1. Otak

Otak manusia merupakan organ tubuh utama yang terletak di ujung atas dari sumsum tulang belakang. Otak adalah sekumpulan neuron. Pengorganisasian otak manusia akan lebih di pahami jika sejalan dengan proses perkembangannya. Otak manusia di bagi kepada 3 bagian yaitu forebrain (otak depan), midbrain (otak tengah), hindbrain (otak belakang)

Otak depan berkembang secara perlahan-lahan, bila kemampuan manusia untuk memeperoleh informasi semakin meningkat dalam jumlah dan mutu maka otak depan akan semakin besar. Dan pada waktu bersamaan otak tengah akan mengurangi besarnya sedangkan otak belakang akan tetap dalam kondisi semula.

Otak tengah terletak antara otak depan dan otak belakang yang berfungsi untuk menerima informasi sensorik dan mengendalikan beberapa otot. Otak belakang berfungsi untuk menahan pengendalian utama terhadap kegiatan-kegiatan tubuh yang vital. Seperti pencernaan, peredaran darah, pernafasan.

Geografi otak

a. Bagian permukaan (korteks/Kulit). Bagian hemisfer terdiri atas:

1) daerah broca, yang menghasilakn kemampuan bicara

2) bagain motorik (korteks motor), yang menghasilkan motor , misalnya mulut

3) daerah wernicke, yang menghasilkan memahami bahasa

4) bagain penglihatan, yang di sebut juga dengan korteks visual.

b. Penampang inferior otak, yang menunjukan struktur fungsi dasarnya sebagai berikut: thalamus yakni simpangan syaraf dan ingatan, hipotalamus, yakni emosi , rasa panas tubuh dll. Pitutari yakni kelenjar utama. Lobus limbic, yakni emosi. Sereblum yaki koordinasi gerakan, pons yakni penghubung system saraf pusat dengan sereblum, medulla oblongata, yakni aktifitas otomatis, seperti jantung, nafas dan pencernaan

c. Otak terdiri dari dua bagian yaitu hemisfer kanan dan kiri

1) hemisfer kanan, mengontrol bagain kiri tubuh, yang memiliki kemampuan melihat ruang (misalnya menggambar , menggunakan peta dan mempersepsikan pola)

2) hemisfer kiri, mengontrol bagian kanan tubuh, yang memiliki kemampuan berbahasa yaitu memahami dan menghasilkan pembicaraan

Jumlah dan ukuran saraf otak akan selalu bertambah sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukuran otak juga disebabkan oleh myelination, sebuah porses dimana sel otak dan system saraf diselimuti oleh lapisan sel-sel lemak yang bersekat-sekat yang menambah kecepatan arus informasi di dalam sel saraf.

Perkembangan otak dalam tingkat sel adalah peningkatan jumlah. Synapse adalah jarak antar neuron tempat terbentuknya koneksi. Koneksi yang dibentuk dua kali lebih banyak dibanding dengan koneksi yang dipakai. Koneksi yang digunakan akan menguat, sementara koneksi yang tidak termanfaatkan akan digantikan dengan koneksi lain atau lenyap (dipangkas).

Ukuran keseluruhan otak tidak berubah dari usia tiga sampai lima belas tahun. Akan tetapi, pertumbuhan cepat dalam frontal (frontal lobes), khususnya yang berhubungan dengan perhatian dari usia 3 sampai 6 tahun.

Pertumbuhan yang cepat dalam temporal tempat pemprosesan bahasa, memori jangka panjang, dan pariental berkembang pada usia 6 th sampai puber.

2. Perkembangan Kognitif

a. Menurut Piaget

Piaget menyatakan bahwa perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Teori perkembangan piaget menyatakan bahwa kecerdasan dan kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui 4 tahap, yaitu:

1) Tahap sensori motor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun)

Pada tahap ini bayi menggunakan indra mereka dan kemampuan motorik mereka dalam mengenal dunia. Pada awalnya semua bayi memiliki prilaku bawaan yang disebut dengan gerak refleks. Dengan gerak ini bayi menghasilkan pola-pola prilaku yang lebih menarik dan intensional. Pembelajaran ini pada awalnya terjadi secara kebetulan kemudian berkembang menajdi intensional

Menurut Piaget pada tahap akhir sensori motor, anak-anak telah melangkah dari tahapan uji coba ke pendekatan yang lebih terencana terhadap pemecahan masalah.

Pertanda sensorimotorik lainnya adalah perkembangan pemahaman mengenai objek. Piaget berpendapat bahwa anak-anak harus belajar bahwa objek bersifat stabil secara fisik dan tetap ada sekalipun objek tersebut tidak ada dalam kehadiran fisik anak tersebut (object permanence)

2) Tahap pra operasional (usia 2 hingga 7 tahun)

anak pada tahap ini mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan segala sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk melambangkan objek dalam fikiran.

Karakteristik anak pada tahap ini yaitu:

a) Keterpusatan (concentration); anak hanya memberikan perhatian pada satu aspek situasi, atau kurangnya konservasi. Yang dimaksud yaitu ide bahwa karakteristik objek tetap sama meskipun objek tersebut berubah penampilannya.

b) Tidak reversibilitas (reversibility); artinya pengetahuan anak tidak dapat timbal balik (kembali ke titik semula) atau anak tidak mampu melakukan “ operasi” seperti pengetahuan orang dewasa

Pemikiran pra operasional dapat di bagi menjadi 2 sub tahap:

a) Tahap pertama: fungsi simbolis

Tahap ini terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun. Pada tahap ini anak secara mental dapat mempresentasikan objek yang tidak hadir. Penggunaan bahasa yang mulai berkembang dan kemunculan sikap bermain adalah contoh dari tahap ini.

Namun demikian pemikiran pra-operasinal pada tahap ini masih mengandung 2 keterbatasan yaitu egoisentrisme dan animisme. Egoisentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara prespektif milik sendiri dan prespektif orang lain. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek yang tidak bernyawa memiliki kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak

b) Tahap kedua : pemikiran intuitif

Dimulai pada usia 4 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin mengetahui semua jawaban pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai “intuitif” karena anak tampaknya memiliki keyakinan terhadap pengetahuan dan kemampuan mereka. Tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang mereka ingin ketahui.

3) Tahap operasional kongkret (usia 7 sampai 11 tahun)

Pemikiran operasional kongkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif tetapi hanya dalam situasi kongkret. Kemampuan dalam melakukan penggolongan sudah ada tapi belum bisa memecahkan persoalan dalam kondisi abstrak. Pada tahap ini terjadi peralihan dari pemikiran egoisentris ke pemikiran yang tidak terpusat atau objektif.

Tugas penting dalam tahap operasional kongkret yaitu pengurutan (seriation), atau menyusun sesuatu dalam deret logis. Begitu kemampuan ini diperoleh maka anak dapat menguasai transitivitas (transitivity) yaitu kemampuan menghubungkan antara dua objek berdasarkan pengetahuan tentang hubungannya masing-masing dengan objek ketiga.

4) Tahap operasional formal ( usia 11 tahun hingga dewasa)

Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkrit , dan memikirkannnya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas berfikir abstrak terlihat dalam pemecahan problem verbal.

Selain itu pemikir operasional formal memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan atau berspekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan orang lain.

Piaget menyatakan bahwa pada tahap operasional formal ini dikenal “ penalaran- hipotesis – deduktif” artinya remaja dapat menyusun hipotesis tentang cara memcahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis.

Selain itu pada tahap ini muncul egiosentrisme, yaitu keyakinan diri yang tinggi bahwa orang lain tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya sendiri (mengembangkan kepedulian terhadap isu-sosial dan identitas). Berikut ini tabel perkembangan kognitif piaget:

Tabel 1 Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap

Perkiraan usia

Pencapaian utama

Sensori motor

Lahir – 2 tahun

Pembentukan konsep “ketetapan objek” dan kemajuan bertahap dari perilaku refleksif keperilaku yang diarahkan tujuan

Pra operasional

2 – 7 tahun

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan objek di dunia ini. Pemikiran tetap egosentris dan terpusat.

Operasional konkrit

7 – 11 tahun

Perbaikan kemampuan berfikir logis. Kemampuan-kemampuan baru meliputi penggunaan operasi yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosntrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin.

Operasional formal

11 tahun – dewasa

Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematik

b. Menurut Vygotsky (prespektif sosiokultural)

Vygotsky berpendapat bahwa aktivitas manusia terjadi dalam setting kultural dan dapat dipahami secra terpisah dari setting tersebut. Salah satu kuncinya yaitu struktur-struktur dan proses-proses mental kita dapat ditelusuri melalui interakksi dengan orang lain. Interaksi sosial menciptakan struktur kognitif dan proses berfikir kita.

Ada tiga pandangan yang dikemukakan Vygotsky:

1) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalasis dan diinterpretasikan secara developmental. Pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi tindakan mental tertentu seperti menggunakan “ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat secara tersendiri tapi harus dievaluasi sebagai suatu langkah dalam proses perkembangan bertahap.

2) Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental. Vygotsky berpendapat bahwa pada masa anak-anak awal bahasa digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk memecahkan problem dan merancang aktivitas.

3) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial kultural. Vygotsky percaya bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran untuk mengguanakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika dan strategi memori.

c. Perbandingan Teori Piaget dan Vygotsky

Berikut ini tabel perbandigan teori Piaget dan Vygotsky:

Tabel 2 Perbandingan Teori Piaget dan Vygotsky

Topik

Vygotsky

Piaget

Konteks sosiokultural

Penekanan kuat

Sedikit penekanan

Konstruktivisme

Konstruktivis sosial

Konstruktivis kognitif

Tahapan

Tidak ada pandangan tentang tahapan umum perkembangan

Penekanan kuat pada tahapan (sensori-motor, pra operasional, operasional konkrit, dan operasional formal)

Proses utama

Zone of proximal development, bahasa, dialog, alat dari kultur

Skema, asimilasi, akomodasi, operasi, konservasi, klasifikasi, penalaran hipotesis deduktif.

Peran bahasa

Bahasa memainkan peran kuat dalam membentuk pemikiran

Minimal; kognisi terutama mengatur bahasa

Pandangan tentang pendidikan

Pendidikan memainkan peran sentral, membantu anak mempelajari alat-alat kultur

Pendidikan hanya memperbaiki keahlian kognitif anak yang sudah muncul.

Implikasi pengajaran

Guru adalah fasilitator dan pembibing, bukan pengatur; memberikan kesempatan bagi murid belajar bersama guru dan teman yang lebih ahli

Juga memandang guru sebagai fasilitator dan pembimbing bukan pengatur; memberikan dukungan untuk anak agar mengeksplorasi dunia mereka dalam menemukan pengetahuan

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sekelompok komunikasi berupa lisan atau tulisan yang didasarkan pada sistem simbol.

Beberapa kata penting dalam bahasa yaitu:

a) Fonologi: system suara bahasa

b) Morfologi: aturan untuk mengkombinasikan mofem, yang merangkai suara yang merupakan kesatuan bahasa yang kecil

c) Mintaksis: cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang bisa diterima

d) Pemantic: makna dari kata atau kalimat

e) Pragmatis: penggunaan percakapan yang tepat.

Tabel 3 perkembangan bahasa pada anak

Periode umur

Perkembangan/ prilaku anak

0 - 6 bulan

Sekedar bersuara

Membedakan huruf hidup

Berceloteh pada akhir periode

6 - 12 bulan

Celoteh bertambah dengan mencakup suara dari bahasa ucap

Isyarat di gunakan untuk mengkomunikasikan suatu objek

12 - 18 bulan

Kata pertama di ucapkan

memahami 50 kosakata lebih

18 - 24 bulan

Kosakata bertambah sampai rata-rata 200 buah

Kombinasi 2 kata

2 tahun

Kosakata bertambah cepat

Penggunaan bentuk jamak secara cepat

Penggunaan kata lampau

Penggunaan beberapa preposisi atau awalan

3 - 4 tahun

Rata-rata panjang ucapan naik 3 -4 morfem per kalimat

Menggunakan pertanyaan “ ya” dan “ tidak” dan pertanyaan “ mengapa, dimana, siapa, kapan”

Menggunakan bentuk negatif dan perintah

Pemahaman pragmatis bertambah

5 - 6 tahun

Kosakata mencapai 10.000 kata

Koordinasi kalimat sederhana

6 - 8 tahun

Kosakata terus bertambah secara cepat

Lebih ahli menggunakan aturan sintaksis

Keahlian bercakap meningkat

9 - 11 tahun

Definisi kata mencakup sinonim

Strategi berbicara terus meningkat

11 - 14 tahun

Kosakata bertambah dengan kata-kata abstrak

Pemahaman bentuk tata bahasa kompleks

Pemahaman fungsi kata dalam kalimat

Memahami metafora dan satire

15 - 20 tahun

Dapat memahami karya sastra

Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa adalah:

1. Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.

2. Teori nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak.Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkan kemampuan berbahasa yang disebut “Tata Bahasa Umum” atau “Universal Grammar”. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.

3. Teori constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.

C. Perkembangan Emosi, Sosial, Moral, Kepribadian, Self concept, Self Control

1. Perkembangan Psikososial

Teori psikososial Erikson menekankan pada kemunculan self, pencarian identitas, hubungan individu dengan orang lain, peranan budaya di sepanjang kehidupan. Erikson melihat perkembangan sebagai tahapan-tahapan dan masing-masing tahap saling berkaitan. Dan Erikson menyatakan pada masing-masing tahap individu akan menghadapi sebuah krisis perkembangan.

Tabel 4

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

No

Tahap

Prakiraan Umur

Peristiwa Penting

Deskripsi

1

Basic trust vs basic mistrust (percaya vs tidak percaya)

Lahir sampai 12- 18 bulan

Memberi makan

Bayi membentuk hubungan pertama yang penuh kasih sayang dan penuh kepercayaan dengan pengasuh atau mengembangkan sense of mistrust (rasa tidak percaya)

2

Autonomy vs shame/ doubt (otonomi vs malu/ ragu-ragu)

18 bulan sampai 3 tahun

Toilet training

Energy anak di arahkan kepada perkembangan berbagai keterampilan fisik termasuk berjalan, memegang, mengontrol otot lingkarnya. Anak belajar mengontrol tetapi mungkin mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu bila tidak di kembangkan dengan baik

3

Intiative vs giilt (inisiatif vs perasaan bersalah

3 – 6 tahun

Independensi

Anak terus menjadi lebih asertif dan mengambil lebih banyak ininsiatif, tapi mungkin terlalu pemaksa, yang dapat mengakibatkan perasaan bersalah

4

Industry vs inferiority (ketekunan vs rendah diri )

6 – 12 tahun

Sekolah

Anak harus menghadapi tuntutan untuk mempelajari berbagai keterampilan baru atau beresiko mengalami perasaan rendah diri, gagal dan tidak kompeten

5

Odentity vsconfusion (identitas vs kebingungan)

Masa remaja

hubungan sebaya

Remaja harus mencapai identitas dalam pekerjaan, peran gender, politik, agama

6

Intimacy vs isolation (keakrabab vs mengasingkan diri)

Masa dewasa muda

Hubungan cinta

Orang dewasa muda harus mulai mengambangkan hubungan dekat atau mengalami perasaan terisolasi

7

Generatyvity vs stagnation ( generativitas vs stagnansi)

Masa dewasa pertengahan

Parenting / mentoring

Setiap orang dewasamenemukan cara untuk memuaskan dan mendukung generasi berikutnya

8

Egointerity vs despair (integritas ego vs putus asa)

Masa dewasa akhir

Melakukan refleksi dan menerima kehidupan

Puncaknya adalah perasaan menerima diri dan perasaan puas

2. Perkembangan Sosioemosional

a. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Fokus utama teori ini adalah konteks sosial dimana anak tinggal dan orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Lima ekosistem lingkungan menurut Bronfenbrenner yaitu:

1. Mikrosistem

Dimana individu menghabiskan banyak waktu. Dalam mikrosistem ini individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia dan orang lain. Dia menyatakan bahwa murid bukan penerima pengalaman secara pasif, tapi berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan ikut mengkontruksinya.

2. Mesosistem

Merupakan kaitan antara mikrosistem, contohnya hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah.

3. Ekosistem

Terjadi ketika pengalaman disetting lain (dimana murid tidak berperan aktif) mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri.

4. Makrosistem

Merupakan kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas dimana murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat.

5. Kronosistem

Kronosistem merupakan kondisi sosial historis dari perkembangan anak.

b. Konteks Sosial dan Perkembangan

1. Keluarga

Anak hidup dalam situasi yang berbeda-beda. Situasi yang bervariasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan mempengaruhi murid di dalam dan ruang kelas.

Ada 4 gaya pengasuhan anak yang mempengaruhi perkembangan menurut Baumrind:

o Authoritarian parenting

Merupakan gaya mengasuh yang bersifat membatasi dan menghukum. Orang tua yang otoriter akan memerintahkan anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati mereka. Mereka mengontrol dan membatasi anak mereka dan tidak mengizinkan anak untuk banyak bicara.

Pada perkembangannya anak dari orang tua yang otoriter seringkali berprilaku tidak kompeten secara sosial. Mereka cenderung cemas menghadapi situasi sosial, tidak bisa membuat inisiatif untuk beraktivitas dan keahlian komunikasinya buruk

o Authoritative parenting

Mendorong anak untuk menjadi independen tetapi masih membatasi dan mengontrol tindakan anak. Perbincangan untuk bertukar pendapat masih diperbolehkan dan orang tua bersikap membimbing dan mendukung.

Anak yang orang tuanya otoritatif sering kali berprilaku kompeten secara sosial. mereka cenderung mandiri, tidak cepat puas, gaul dan memperhatikan harga diri yang tinggi.

o Negclectful parenting

Merupakan pola asuh di mana orang tua tidak terlibat aktif dalam kehidupan anaknya.

Anak dari orang tua yang seperti ini sering tidak bertindak kompeten secara sosial mereka kurang bisa mengontrol diri, tidak cukup mandiri dan tidak termotivasi untuk berprestasi.

o Indulgent parenting

Merupakan pola asuh di mana oang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tapi tidak memberikan batasan dalam prilaku mereka.

Anak yang di awasi orang tua seperti ini tidak dapat mengontrol prilakunya sendiri.

2. Teman Sebaya

Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya adalah anak pada usia yang sama atau pada level kedewasaan yang sama. Salah satu informasi yang penting dari kelompok teman seusia adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia luar keluarga.

Para developmentalis telah memnbagi 4 kelompok tipe status teman sebaya yaitu: anak popular (kawan terbaik dan jarang dibenci teman ), anak diabaikan (kawan terbaik, bukan tidak di sukai oleh teman seusianya), anak ditolak (kawan baik dan sering di benci oleh teman-temannya, dan anak controversial (sering kali dinominasikan sebagai teman baik , tapi sering juga tidak di sukai).

Menurut Slavin, Perubahan developmental dalam hubungan sebaya yang tejadi yaitu:

o Seusia masa sekolah dasar, kelompok teman seusia anak akan makin terdiri dari teman seusia dan jenis kelamin sama

o Pada masa remaja awal, partisipasi dalam kelompok meningkat. Dan terbentuk “ klik” atau geng. Identitas kelompok ini bisa mengaburkan identiitas personal individu.

3. Sekolah

Pada masa kanak-kanak awal, anak berinteraksi dengan satu atau dua guru, yang menjadi figure utama dan anak-anak berinterkasi dengan teman sebaya dalam kelompok kecil.ruang kelas dirasakan sebagai unit sosial. guru mengembangkan otoritas, yang menciptakan iklim kelas, kondisi interaksi sosial dan sifat pelaksanaan fungsi kelompok. Kelompok teman sebaya menjadi lebih penting dan murid semakin senang berteman.

Pada saat anak masuk sekolah tingkat pertama, lingkungan sekolah menjadi semakin luas dan sosial. Remaja berinteraksi dengan guru dan teman dari berbagai sosiokultural. Murid sekolah menegah semin menyadari sekolah sebagi system sosial dan mungkin termotivasi untuk menyesuaikan diri dengannya atau menentangnya.

3. Perkembangan Moral

a. Teori Piaget

Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi antara yang adil antar orang. Aturan ini biasanya dikajii dalam tiga domain: kognitif, behavioral dan emosional. Dalam domain kognitif issu kuncinya adalah bagaimana murid menalar atau memikirkan aturan untuk perilaku etis. Dalam domain behavioral fokusnya adalah bagaimana murid berpilaku secara actual, bukan pada moralitas dari pemikirannya. Pada domain emosional penekanannnya adalah pada bagaimana murid merasakan moral.

Tahap perkembangan moral menurut Piaget yaitu (1) heteronomous morality adalah tahap perkembangan moral pertama menurut Piaget. Tahap ini berlangsung dari kira-kira usia 4-7 tahun. Pada tahap ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tak bisa diubah, tidak dikontrol oleh orang. (2) autonomous morality dalah tahap perkembangan moral kedua yang tercapai pada usia 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hokum adalah buatan manusia dan bahwa, dalam menilai suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya harus dipikirkan. Anak usia 7-10 tahun berada dalam masa transisi diantara dua tahap itu, dan karenanya mereka menunjukan ciri-ciri dari kedua tahap itu.

Menurut Piaget bahwa perkembangan moral terutama berlangsung melalui hubungan timbal balik dengan rekan usia. Dalam kelompok teman sebaya, dimana semua anggotanya punya status dan kekuasaan setara, aturan akan dinegosisasikan dan perselisihan akan dibahas dan kemudian diselesaikan. Menurut Piaget, orang tua tidak terlalu memainkan peran penting dalam perkembangan moral anak karena mereka punya kekuasaan yang lebih besar dibanding anak dan menentukan aturan secara otoriter.

b. Teori Kohlberg

Menurut Kohlberg perkembangan moral melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam tahapan-tahapan. Level dan tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg yakni:

1) Preconventional resoning (penalaran pra konvensional)

Menurut Kohlberg tahap ini merupakan level terbawah dari perkembangan moral, pada level ini anaktidak menunjukan internalisasi nilai moral dan penalaran moralnya dikendalikan oleh imbalan dan hukuman dari luar.

2) Conventional reasoning (penalaran konvensional)

Menurut Kohlberg ini adalah tahap pertengahan dari perkembangan moral. Pada level ini internalisasi masih setengah-setengah (intermediet) dalam arti bahwa individu mematuhi standar tertentu (internal), tapi standar ini pada dasarnya adalah standar dari orang lain (eksternal).

3) Postconventional reasoning (penalaran post konvensional)

Menurut Kohlberg ini adalah level tertinggi dalam perkembangan moral. Pada level ini, perkembangan moral telah diinternalisasikan dan penalaran moral telah muncul.

Table

Level dan tahap perkembangan moral Kholberg

Level 1

Level prakonvensional

Tidak ada internalisasi

Level 2

Level konvensional

Internalisasi pertengahan

Level 3

Level post konvensional

Internalisasi

Tahap 1

Heteronomous morality

Tahap 2

Individualism, tujuan dan pertukaran

Tahap 3

Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dan konformitas interpersonal

Tahap 4 moralitas system sosial

Tahap 5

Kontrak social atau utilitas dan hak individual

Tahap 6

Prinsip etika universal

Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh. Orang mendasarkan keputusan moralnya karena takut pada hukuman

Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Apa-apa yang benar melibatkan pertukaran yang seimbang.

Individu menggunakan rasa percaya, perhatian dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.

Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan sosial, hokum, keadilan dan kewajiban.

Individu memahamai bahwa nilai, hak dan prinsip mendasari atau mengatasi hokum.

Orang telah mengembangkan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia yang universal. Ketika berhadapan dengan dilema antara hukum dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individu seseorang

Kohlberg percaya dilema moral dapat digunakan untuk memajukan tingkat penalaran moral anak, tetapi hanya setahap demi setahap. Kohlberg menyatakan bahwa anak-anak melangkah dari satu tahap ke tahap berikut dengan berinteraksi dengan orang lain yang penalarannya berada satu atau paling tinggi dua tahap di atas mereka. Guru dapat membantu siswa melangkah dalam penalaran moral ke dalam pelajaran mereka, khususnya untuk menggapai peristiwa-peristiwa yang terjadi di ruang kelas atau dalam masyarakat yang lebih luas. Kohlberg mengemukakan bahwa tahap-tahap kemampuan penalaran moral terjadi dalam urutan yang sama dan pada sekitar usia yang sama.

Pendidikan moral kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi, keadilan saat moral mereka sedang berkembang. Harapannya adalah agar murid dapat mengembangkan gagasan-gagasan yang lebih maju seperti kerjasama, tanggung jawab dan kepercayaan.

Perilaku prososial adalah sisi positif dari perkembangan moral, bersifat alturistik, adil, berbagi perhatian dan empati. Berikut adalah beberapa stratergi yang bisa dipakai untuk meningkatkan perilaku prososial:

1) Hargai dan tekanakan konsiderasi kebutuhan orang lain.

2) Jadilah contoh perilaku prososial.

3) Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisocial.

4) Nisbahkan perilaku positif bagi semua orang.

5) Perhatikan dan dorong perilaku secara sosial secara positif tetapi jangan terlalu banyak menggunakanganjaran eksternal.

6) Gunakan strategi disiplin yang positif.

7) Pimpin diskusi tentang interaksi prososial.

4. Perkembangan Kepribadian

Erikson mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:

a. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

b. Masa kanak-kanak awal (early childhood ditandai adanya kecenderungan autonomyshame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudahbisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak laindia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

c. Masa pra sekolah(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

d. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

e. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

f. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacyisolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa iniikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

g. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativitystagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.

h. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integritydespair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5

Tahapan perkembangan kepribadian Erikson

Developmental Stage

Basic Components

Infancy

Early childhood

Preschool age

School age

Adolescence

Young adulthood

Adulthood

Senescence

Trust vs Mistrust

Autonomy vs Shame, Doubt

Initiative vs Guilt

Industry vs Inferiority

Identity vs Identity Confusion

Intimacy vs Isolation

Generativity vs Stagnation

Ego Integrity vs Despair

Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua,menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan. Ketiga adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.

5. Self Concept dan Self Control

a. Self Concept

Konsep diri adalah upaya kita untuk membangun sebuah skema yang mengorganisasikan kesan, perasaan dan sikap tentang diri kita. Konsep diri secara keseluruhan terdiri atas konsep-konsep yang lebih spesifik, termasuk konsep diri nonakademik, misalnya hubungan sosial dan penampilan fisik. Sebagai contoh konsep diri tentang hubungan sosial mungkin terdiri atas konsep tentang hubungan dengan teman sebaya, guru, dan keluarga. Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.

Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.

Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan di berbagai macam situasi. Anak kecil cenderung membuat penilaian konsep diri berdasarkan kemajuannya sendiri dari waktu ke waktu. Pada periode SMP siswa menjadi lebih self conscious (sadar diri). Pada usia ini konsep-konsep diri dikaitkan dengan enampilan fisik dan penerimaan sosial maupun prestasi mereka di sekolah. Banyak psikolog menganggap konsep diri sebagai fondasi perkembangan sosial maupun emosional.

b. Self Control

Self control sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan, merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Menurut Thompson self control adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri. Rodin mengungkapkan self control adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan. Menurut Kazdin self control biasanya mengacu pada tingkah laku bahwa seseorang secara sengaja dilakukan untuk mendapatkan hasil pemilihan diri. Dalam Ensiklopedi psikologi, self control merupakan kemampuan untuk menangguhkan kesenangan naluriah langsung dan keputusan untuk memperoleh tujuan masa depan yang biasanya dinilai secara sosial (Harre dan Lamb, 1996:272). Menurut Calhoun dan Acocella self control merupakan pengaruh seseorang terhadap, dan pengaturan tentang, fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya. Dengan kata lain, sekelompok proses yang mengikat dirinya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku, kemampuan dalam mengendalikan stimulus yang tidak diinginkan, kemampuan dalam mengantisipasi peristiwa, kemampuan dalam menafsirkan peristiwa dan kemampuan dalam mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar